Social Information Processing Theory
Teori Proses Informasi Sosial yang dikemukakan oleh Joseph Walter ini menjelaskan bahwa teknologi berbasis media komputer dapat membantu seseorang bertukar pesan secara efektif sehingga dapat membangun hubungan yang dekat antar penggunanya, teori ini terlibat dengan komputer yang dimediasi dengan perspektif alternatif dalam pengembangan hubungan dari teori CMC. Teori pemrosesan informasi sosial ini mirip dengan teori penetrasi sosial dan teori pengurangan ketidakpastian, namun teori ini menggunakan isyarat verbal dan isyarat temporal sebagai pengaruh utama terhadap pembentukan sebuah hubungan. Teori ini menyatakan bahwa pesan-pesan yang diketik setara dengan saluran komunikasi yang verbal dalam tatap muka (face-to-face), sehingga menyanggah bahwa alat yang dimediasi komputer kurang berguna untuk pembentukan kesan dan hubungan interpersonal. Dengan demikian, karena komunikator harus bergantung pada pesan yang diketik sebagai saluran utama komunikasi mereka, maka isyarat verbal memiliki pengaruh yang kuat terhadap pembentukan suatu hubungan.
Dalam jurnal yang berjudul Social Information Processing di Facebook Untuk Pengembangan Komunitas Social Entreprenurs, memperlihatkan contoh kasus penggunaan teori SIP di Komunitas Social Entreprenurs. Jika ditelaah lebih lanjut, salah satu faktor pemicu dari berbagai komunitas terutama dibidang social entrepreneurs adalah perkembangan dunia teknologi khususnya internet. Saat ini facebook memiliki pengguna tertinggi diantara semua platform sosial di Indonesia, yakni mencapai lebih dari 96 juta pengguna, masyarakat Indonesia sering mengakses facebook sebanyak 5,7 kali dalam satu minggu dibandingkan dengan aktivitas online dan media tradisional lainnya. Komunitas yang ada bisa berawal dari sebuah grup pesan singkat yang kemudian menjadi komunitas untuk bertukar pikiran secara informal. Komunitas ini kemudian menjadi formal karena dilanjutkan di dunia nyata. Komunitas ini bisa terbentuk karena kesamaan hobi, tujuan, pendapat, visi dan lain-lain. yang dilakukan young social entrepreneurs di facebook bukan hanya penyertaan foto dan video, tapi juga kemampuan untuk membuat profil pribadi, membangun koneksi jaringan dan menambahkan informasi ke orang lain. Bagi pengguna Facebook, informasi tambahan semacam itu sangat mungkin dilakukan, mulai dari komentar berbasis teks pada konten hingga tautan ke foto dan video. Dengan kata lain, situs seperti Facebook menampilkan dua jenis informasi yang dikendalikan oleh pemilik akun dan yang berada di luar kendali langsung pemilik akun. Dengan intensifnya teknologi internet, para start up (sebutan bagi pemain baru dan muda di dunia entrepreneur) menggunakan media sosial sebagai peluang bukan ancaman. Akibatnya banyak saluran komunikasi baru berbasiskan komunitas yang muncul dikarenakan komunitas ini terbentuk karena dipicu adanya interaksi online yang terus menerus.
Referensi
Purwani, D. A., & Partini, P. (2018). SOCIAL INFORMATION PROCESSING DI FACEBOOK UNTUK PENGEMBANGAN KOMUNITAS SOCIAL ENTREPRENEURS. Jurnal Ilmu Komunikasi Acta Diurna, 14(1).
Comments
Post a Comment